=== SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL, SEMOGA DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA SEMAKIN BAIK AAMIIN... === INFO TERBARU : ".........."
=== SELAMAT DATANG DI BLOG SMA NEGERI 4 BENGKULU SELATAN ===

Rabu, 25 November 2015

PERINGATI HARI GURU, GURU GANTIKAN SISWA MENJADI PETUGAS UPACARA

Pelaksanaan Upacara yang dilaksanakan di sekolah kali ini terasa berbeda, dimana para petugas upacara yang biasanya para siswa, kali ini para guru yang bertugas, kecuali pasukan pengibar bendera. Para guru yang bertugas pada upacara Hari Guru di SMA Negeri 4 Bengkulu Selatan kali ini adalah sebagai berikut :

Pembawa Acara                : Ibu Dahniarti S.Pd
Ajudan                              : Pak Diswan Jaya, S.Pd
Pemimpin Upacara           : Pak Risman Sunanto, S.Pd
Pembina Upacara              : Pak Ansridianto, M.Pd (Kepala Sekolah)
Pembaca Teks
1.     Pembukaan UUD 1945    : Pak Sukman Hartedi S.Pd
2.     Sejarah Singkat PGRI      : Pak Salamat Sianturi, S.Pd
3.     Ikrar Guru                        : Pak Trimo Ponendri, S.Pd
4.     Kde Etik Guru                  : Pak Juari Mukhten, S.Ag
Pembawa Teks Pancasila   : Pak Edo Saputra, S.Pd
Pembaca Do’a                    : Pak Sofwan, S.Pd,M.TPd

Drijen                                 : Ibu Juniarti, S.Pd

Berikut ini susunan acara upacara hari guru:
  1. Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;
  2. Penghormatan umum kepada pembina upacara, dipimpin oleh pemimpin upacara;
  3. Laporan pemimpin upacara;
  4. Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya;
  5. Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara;
  6. Pembacaan Pancasila oleh pembina upacara diikuti oleh seluruh peserta upacara;
  7. Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sejarah Singkat PGRI, Ikrar Guru;
  8. Amanat pembina upacara;
  9. Menyanyikan Lagu : Hymne guru 
  10. Pembacaan doa
  11. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara
  12. Penghormatan umum kepada pembina upacara, dipimpin oleh pemimpin upacara;
  13. Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara;
  14. Upacara selesai, barisan dibubarkan.
Dalam Pelaksanaan Upacara, Kepala Sekolah menyampaikan ucapan terima kasih kepada para guru, tanpa mereka semua tentu tidak akan ada polisi, hakim, tentara, pejabat pemerintah, pengusaha, ilmuwan dan sebagainya. Semuanya ada berkat perjuangan guru mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA sampai PERGURUAN TINGGI, semoga para guru tetap terus maju, bersemangat dan berkarya, selamat hari guru ke 70.
Ibu Juniarti bersama paduan suara

Pak Tedi, Pak Sianturi, Pak Trimo dan Pak Mukhten 

Pak Ansridianto.M.Pd sebagai pembina dan Pak Edo pembawa teks pancasila

Pemimpin upacara Pak Risman


Pembacaan Do'a oleh Pak Sofwan,S.Pd, M.TPd










\

SEJARAH PERINGATAN HUT PGRI DAN HARI GURU NASIONAL (HGN)

Semangat keindonesiaan telah lama tumbuh di kalangan guru-guru Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHIB). Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah.
Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Sejalan dengan itu, di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB); di samping organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelke Onderwys Vereneging (COV), Katoileke Ondenvijsbond (KGB), Vereneging Van Muloieerkrachten (WM), dan Nederlands Indische Ondenvjs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong guru-guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak sampai pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan.
Perjuangan guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, melainkan telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak "merdeka". Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Perubahan mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata "Indonesia" yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata "Indonesia" ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas. Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta, Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan.
Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan. Dengan semangat pekik "merdeka" yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :
1.   Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
2.   Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
3.   Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan nonpartisan. Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
Sebagai awal sejarah baru bagi guru dan pendidikan di tanah air, pada tanggal 1 Januari 2013 Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), yang berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, dilaksanakan. Sejalan dengan itu, Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) telah dibentuk untuk menegakkan KEGI tersebut.

Semoga PGRI, guru dan bangsa Indonesia tetap jaya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.